4.12.10

- Paranoid -

Didi curiga melulu. Selalu tidak percaya pada orang lain. Dodi takut saudaranya itu paranoid. Curiga merupakan sesuatu yang wajar dialami manusia, apalagi orang yang selalu dalam bahaya. Curiga dianggap normal jika perasaan curiga ini masih bisa ditoleransi oleh lingkungan dan masyarakat sekitar, namun jika perasaan curiga sudah kuat sekali sehingga merugikan masyarakat dan diri sendiri, maka bisa dikatakan sebagai PARANOID.




Dodi pun lalu mencari berbagai informasi tentang paranoid tersebut. Dodi mendapati bahwa paranoid itu adalah sebuah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kecurigaan akan motif orang lain. Paranoid juga didefinisikan sebagai penyakit mental, di mana seseorang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Sedang dalam kamus Webster, paranoid didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional/logis.

Pada umumnya, berlangsung lama. Mereka menolak tanggung jawab atas perasaan mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka juga sering kali bersikap bermusuhan, mudah tersinggung, juga mudah marah. Individu yang paranoid ini cenderung mempunyai teman yang sedikit, sulit mempercayai orang lain membuat individu ini kurang dapat diajak kerjasama dalam sebuah tim.

Hampir setiap saat individu paranoid kesulitan untuk bersikap tenang untuk tidak mencurigai orang lain, kadang mereka sengaja mencari-cari orang untuk menjadi tersangka dan patut untuk dicurigai. Rasa takut yang muncul justru membuat individu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa (gugup) ketika orang yang dicurigainya berada dekat dengannya. Seringnya individu ini melakukan penolakan baik dengan konfrontasi, agresif, atau perselisihan membuat mereka memilih tidak bersahabat dengan orang itu dan memilih diri untuk menyendiri.

Bertanya-tanya pula kita tentang apa ya yang menyebabkan paranoid ini pada seseorang. Penyebab utama munculnya gangguan kepribadian paranoid ini belum dapat diketahu secara pasti. Namun, diperkirakan faktor genetika mempunyai peran terhadap kemunculannya gangguan tersebut, misalnya anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia. Gangguan kepribadian paranoid dapat juga muncul dari pengalaman masa kanak-kanak yang tumbuh dari keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan ancaman. Perilaku orangtua dengan kesehariannya yang kasar, berantakan, merendahkan diri anak-anaknya, juga mempengaruhi pembentukan karakteristik gangguan ini pada anak di kemudian hari.

Prevalensi gangguan kepribadian Paranoid adalah 0,5 sampai 2,5 persen. Sanak saudara pasien skizoprenik menunjukkan insidensi gangguan kepribadian paranoid yang lebih tinggi dibandingkan kelompok control. Gangguan adalah lebih sering pada laki -laki dibandingkan wanita. Diperkirakan, sekitar 0,5 hingga 2,5 persen populasi mengalami paranoid ini.



PARANOID NGGAK YA?

Tak semua orang yang curigaan dapat disimpulkan paranoid. Nah, ada beberapa tanda-tanda yang dialami oleh mereka yang mengalami gangguan paranoid. Misalnya, kepekaan yang berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan, cenderung untuk tetap menyimpan dendam, meskipun pada masalah-masalah kecil.


Mereka yang disebut paranoid ini juga punya kecenderungan untuk menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan. Bahkan, jika berkaitan dengan hak pribadinya yang sebenarnya, apalagi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, mereka akan gigih mempertahankan. Jika perlu, dengan kekuatan fisik. Memang sih agak berlebihan. Apalagi, mereka selalu waspada dan hati-hati yang berlebihan bila berurusan dengan orang lain. Terkadang, ada pula yang selalu menghindari hubungan interpersonal.


JANGAN PARANOID LAGI

Penyembuhan penderita gangguan paranoid tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Pada mereka yang telah lanjut usianya, tingkat penyembuhan sangatlah rendah karena biasanya apa yang diyakininya sudah "mendarah daging".

Orang lain yang berusaha membantu kesembuhan penderita, berkemungkinan pula menyebabkan kecurigaannya semakin tinggi. Ia akan semakin terbenam dalam keyakinannya.

Pada kasus paranoid, penderita selain diberikan obat-obatan, juga dilakukan psikoterapi. Biasanya, penderita diajak bicara terus menerus dan diberi pengertian bahwa keyakinannya itu tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau belum terlalu berat dan kronis, biasanya penderita masih bisa sembuh. (*/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar