6.12.10

Sexual Drive Di Balik Phenomena Facebook

Beberapa tahun terkakhir aktivitas internet seakan menjadi suplemen dalam setiap lapisan kehidupan masyarakat; terlebih dengan meningkatnya jaringan network di internet yang semakin ramai dan di kemas dengan sedemikian rupa untuk menarik perhatian, keinginan, bahkan menyedot  kita kedalam sebuah keinginan yang seakan tak bisa dihindari untuk tetap exist dan berpartisipasi dalam network tersebut. Belum lagi jika kemasan-kemasan yang sedemikian menariknya memberikan rewards yang membuat kita seakan menjadi seorang vip resident tanpa pungutan pajak -- hingga tanpa disadari secara perlahan atau cepat kebutuhan sekunder ini telah merubah kebutuhannya menjadi primary bagi sang pengguna.

Sebagai contoh Facebook. Facebook adalah salah satu network yang saat ini sedang membooming dengan jutaan penggunanya;  ditambah dengan semakin banyaknya features yang menarik seperti halnya game. Bahkan beberapa phenomena di Indonesia yang terjadi saat ini yang mengatas namakan akibat dari nyandu facebook, menjadi sebuah pertanyaan: Benarkah Cognitive pscychology dari sebuah Network online telah sedemikian rupa menarik perhatian dan pandangan sang pengguna ?

Atau dengan kata lain, apa yang menyebabkan seseorang menjadi seorang pecandu facebook, atau network lainnya? Features yang menarik itukah yang menjadi kunci penyebabnya?

Tentunya banyak faktor dibalik phenomena yang terjadi; dan sebuah riset psikologi menemukan ---  bahwa aktifitas pengisian status facebook, bermain game atau lainnya didorong atas  penyaluran energi libido dalam diri manusia.

Manusia dengan Libidonya

Sigmund Freud sang penganalisa psikolog terapi ternama dibidang psycho-analysis berpendapat bahwa sejak lahir manusia secara alamiah telah memiliki instinctual sexual apetite (libido), yang mana libido ini terbagi dalam tingkatan stage yang berbeda, dimulai sejak bayi hingga dewasa. Dan tiap stage ini memiliki tipe karakter yang disebut sebagai erogenous zone. Erogenous zone  adalah sebuah perasaan kebutuhan yang paling mendasar dan sensitive dalam diri manusia , yaitu perasaan erotis seperti sensational dan keinginan terhadap kebutuhan sex. Erogenous itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti Eros atau cinta.

Instinctual sexual apetite ini dipercaya oleh Freud sebagai penggerak utama pada setiap aktifitas manusia. Perkembangan sexual sudah dapat di identifikasi sejak dini pada diri manusia; Freud menganggap bahwa perkembangan sexual pada masa bayi hingga anak-anak masih terbilang normal disebabkan pada stage ini (0-10 tahun), aktifitas dilakukan untuk dapat menyenangkan/memuaskan keinginan mereka --- keinginan pada masa stage ini didasari oleh yang namanya id dan ego, yaitu pemikiran yang hanya ingin menyenangkan dirinya sendiri.

Keinginan yang didasari id dan ego ini akan tersalurkan pada obyek lain jika energi dari libido tidak tersalurkan (Pada masa stage anak akan disalurkan dengan melakukan aktifitas bermain); dan kegiatan penyaluran energi libido ini dinamakan  fixated. Fixated ini terjadi pada hampir semua stage (bayi dan orang tua). 

Aktifitas yang nampaknya hanya sebuah keisengan belaka pada facebook, atau aktifitas sekedar hobi dan lainnya  nampaknya tidak hanya didasari atas fixated; namun juga akibat super-ego dalam diri manusia yang berperan baik dalam sebuah kemasan cantik yang bernama self-actualization --- hingga menciptakan sosialisasi yang bernama "This is me" . (Sri Agustiani).
 
Sang pembuat jejaring sosial jelas sangat menguasai Konsep Sexual Drive hingga melahirkan Self Actualization. Dan sedikit sekali yang menyadari bahwa kita telah terperangkap dalam jejaring sosial ini yang typikal "Memanjakan ego dan aktualisasi diri". 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar